Proyek ini dirancang dengan konsep industri hijau dan sistem daur ulang 100 persen, yang akan memproses limbah secara ramah lingkungan. Inisiatif ini sejalan dengan arah kebijakan nasional untuk mendukung transisi energi hijau dan mendorong perkembangan industri berbasis energi terbarukan di Indonesia, khususnya di Aceh.
Hasballah, S.Ag., anggota Komisi III DPR Aceh yang juga merupakan putra asli Aceh Besar, menyampaikan apresiasinya terhadap langkah berani Bupati Muharram Idris. Ia menyebut penandatanganan MoU ini sebagai peluang emas untuk mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan di daerah. “Saya mendukung penuh inisiatif ini karena membawa dampak ekonomi yang besar bagi masyarakat Aceh Besar,” ujarnya.
Dari sisi tenaga kerja, proyek ini diperkirakan akan menyerap hingga 2.000 tenaga kerja, dengan komitmen bahwa lebih dari 95 persen di antaranya akan berasal dari masyarakat lokal. Sisanya, sekitar 5 persen akan diisi oleh tenaga ahli asing, yang akan mendukung proses transfer pengetahuan dan teknologi ke sumber daya manusia lokal.
Menurut Hasballah, kerjasama ini adalah momentum penting bagi Aceh Besar untuk bangkit dan berlari cepat dalam pembangunan. “Kita harus bersatu, semua elemen masyarakat dan pemerintah daerah harus mendukung langkah ini. Ini bukan hanya tentang investasi, tapi juga tentang masa depan Aceh Besar,” katanya.
Sebagai politisi Partai Aceh, Hasballah menegaskan komitmennya untuk terus mendukung kebijakan strategis yang berdampak langsung pada kesejahteraan masyarakat. Ia berharap setelah penandatanganan MoU ini, segera dilakukan langkah konkret menuju realisasi pembangunan pabrik agar manfaatnya segera dirasakan masyarakat.
